ETIKA VS HOAX
Oleh : Mukhamad Kholil Aswan, S.Kom., M.M
Penggunaan teknologi komputer atau gadget merupakan hal
wajib dilakukan suatu individu untuk peningkatan informasi, pekerjaan dan
membantu produktifitas pengguna dewasa ini. Pengguna komputer dan gadget
memiliki sifat penggunaan yang berbeda-beda bisa digunakan untuk hal kebaikan
atau di gunakan untuk hal keburukan. Pertanyaanya adalah apakah semua pengguna melakukannya untuk
kebaikan?. Pertanyaan yang reallistis untuk saat ini bawasanya banyak pengguna
teknologi komputer dan gadget berupa smartphone
atau device lainya di gunakan untuk hal
keburukan. Contoh khasus sederhana yang begitu massive adalah penyebaran kebencian atau hoax, hacker, pencurian data, dan cyber
crime atau tindakan kriminal lainya. Pertanyaan selanjutnya apakah semua
pengguna tidak paham adanya etika sosial yang diterapkan dan dikedepankan ketika menggunakan perangkat tersebut ?.
Di
indonesia setiap kejahatan yang berkaitan dengan IT dewasa ini meningkat
terutama ujaran kebencian atau hoax. Hoax dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah berita bohong[1]
yang belum tentu kebenarannya, sedangkan saat ini penyebaran hoax sangat massive kita dapatkan. Penyebaran hoax
yang sangat cepat karena di imbangi oleh adanya gadget yang setiap orang sudah
memiliki smartphone atau komputer,
penyebaran hoax yang cepat tidak di imbangi oleh edukasi atau tata cara
pengguna yang baik untuk kemanfaatan yang baik pula. Korban hoax saat ini
sangat banyak tidak terkecuali orang yang di anggap punya intelektual tinggi atau
pemberi suri tauladan seperti guru dan dosen, dan korban lainya di berbagai
lapisan masyarakat.
Jurnal
parkomnas yang ditulisan Christiany Juditha tentang “ Interaksi Komunikasi Hoax
di media sosial serta antisipasinya ”[2]
mengatakan penyebaran hoax pada tahun 2017 saja dengan terang-terangan di
sebarkan untuk menjatuhkan lawan politik dan sosial masyarakat tanpa
mengindahakan etika, beliau juga mengatakan tokoh politik dan public figure orang yang rentan di
beritaakan hoax. Kejahatan berkaitan dengan IT mungkin tidak semua di paparka
akan tetapi mungkin kita lebih fokus tentang etika atau tata cara penggunaan
yang baik. Penyampaian tentang etika juga di paparkan oleh Dr. Hendrajaya, M.M salah
satu dosen STIEPARI di mata kuliah Sistem
Informasi Manajemen bagaimana seseorang pemakai komputer atau gadget ada tata krama atau etika.
Banyaknya penjelasan yang berkaitan dengan etika mungkin sudah di paparkan oleh
banyak ahli di bidang IT atau sosial.
Etika adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana
cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[3]
Intinya adalah antara etika berkaitan dengan moral. The Computer Ethics
Institute (CEI) menyebutkan bahwa ada 10 etika komputer jika
seseorang ingin menggunakan komputer dan gadget
lain atau Ten Commandments of Computer Ethics [4]yang
di terbitkan pada tahun 1992. Etika komputer yang ditulis oleh The Computer Ethics Institute menyebutkan banyak hal, salah
satunya pada point 5 yaitu “Thou shalt not use a computer to bear false witness.” atau dalam
penafsirannya jangan memberikan kesaksian palsu atau berita
bohong.
Jika setiap orang bisa memahami tentang etika
dalam mengunakan gadget dan komputer
mungkin penyebaran hoax bisa di minimalisir. Tidak ada lagi perpecahan yang
diakibatkan berita yang belum tentu kebenaranya. Tidak ada lagi kaum
intelektual yang terpapar berita bohong dan menyebar luaskannya, tidak ada lagi
fitnah yang mengatasnamanakan kelompok atau individu. Bayangkan jika berita
hoax setiap hari diterima tanpa ada filtrasi
atau penyaringan dan berapa banyak opini publik yang di rubah yang bisa
memecah belah masyarakat atau individu atas kesalahan berita.
Terakhir dari saya adalah mungkin ada dua cara untuk
menantisipasi penyebaran hoax, terinspirasi dari teori motivasi Herzberg dalam Luthans[5]
yaitu memotivasi diri secara intrinsik dan
ekstrisik. Motivasi intrinsik adalah cara diri memotivasi untuk memfiltrasi dengan menanam pemahaman bahwa hoax sama
dengan fitnah. melindungi diri dari
hoax dengan pemahaman hoax adalah sesuatu
hal yang buruk dan tidak baik yang dapat memecah belah dari lapisan unsur
sosial masyarakat. Sedangakan memotivasi
ekstrinsik yaitu motivasi dari luar diri untuk
melapisi atau menyaring dari berita hoax. Seperti memanfaatkan aplikasi-aplikasi atau
software untuk menyaring berita bohong salah
satu contohnya adalah bisa menggunakan search
engine untuk melihat referensi berita, bisa menggunakan situs www.stophoax.id
atau aplikasi lain yang bekerjasama dengan kementrian kominfo atau dengan
memanfaatkan faktor dari luar diri lainya.
Cara sederhana tersebut memotivasi untuk menangkal
hoax dari dalam diri dan memanfaatkan faktor dari luar diri untuk menangkal
hoax. Sebelum berinteraksi lebih dengan gadget
dan dampak yang akan muncul maka penerapan
etika lebih di utamakan, seperti yang di tulis
The Computer Ethics Institute (CEI) tentang etika harus di
terapkan dan cek setiap kebenaran informasi dan menanamkan rasa malu diri untuk
tidak menyebarkan hoax. Semoga kita bisa memfilter dan selalu menjaga nama baik
terhadap ancaman dari hoax. Karena sejatinya manusia adalah berguna dan
bermanfaat dalam hal kebaikan bagi sesama manusia dan mahluk lainya.
Oleh: Mukhamad Kholil Aswan, S.Kom., M.M
Oleh: Mukhamad Kholil Aswan, S.Kom., M.M
[2] Christiany Juditha (2018) Interaksi Komunikasi Hoax
di Media Sosial serta Antisipasinya ; perkomnas : jakarta
[5] Luthans, Fred. 2011. Perilaku
Organisasi. Cetakan Keempat. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Komentar
Posting Komentar